Bintang VB – Seks
dan Manusia tidak dapat terpisahkan begitu saja, Pornografi adalah merupakan
cara manusia memandang sakral dari sebuah privasinya, Kali ini VB akan membawa
Vbeers kepada prasasti masa lalu yang menggambarkan sebuah ruang privasi yang
bernama seksualitas, bahkan Kitab Suci Al-Quran pun tidak tabu menceritakan
mengenai seksualitas, kamasutra pun dianggap sebagai kitab suci yang sakral
bagi agama Hindu menceritakan mengenai kebutuhan mendasar manusia, yaitu seks.
Borobudur, yah siapa yang tidak mengenal
Borobudur? Sebuah Candi Agama Budha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah,
posisinya hanya 40 Km dari Pusat Kota Jogjakarta, Didirikan oleh penganut Budha
Mahayana pada Tahun 800 Masehi, atau 1200 Tahun lalu. Merupakan Candi Budha
terbesar didunia.
Terdiri dari 6 teras berbentuk bujur
sangkar, yang diatasnya terdapat tiga teras melingkar, dindingnya dihiasai
relief sebanyaj 2.672 panel, serta memiliki 504 arca Budha, Borobudur menjadi
Candi Budha dengan relief Budha terlengkap dan terbanyak didunia. Borobudur
ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan
Budha di Tanah Jawa, serta mulai masuknya pengaruh Islam.
Borobudur ditemukan kembali oleh
Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa pada Tahun 1814 yang bernama Sir Thimas
Stamford Raffles. Dan dipugar pada Tahun 1975 sampai 1982 dengan dukungan dari
UNESCO, Borobudur pun menjadi situs Warisan Dunia. Borobudur terdiri dari 3
bangunan utama,
Kamadhatu
Bagian
kaki Borobudur melambangkan kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian
ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk
memperkuat konstruksi candi. Pada bagian kaki asli yang tertutup struktur
tambahan ini terdapat 160 panel cerita Karmawibhangga yang kini tersembunyi. Sebagian kecil
struktur tambahan di sudut tenggara disisihkan sehingga orang masih dapat
melihat beberapa relief pada bagian ini. Struktur batu andesit kaki tambahan
yang menutupi kaki asli ini memiliki volume 13.000 meter kubik.
Rupadhatu
Empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada
dindingnya dihiasi galeri relief oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk
persegi. Rupadhatu terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar relief.
Panjang relief seluruhnya 2,5 km dengan 1.212 panel berukir dekoratif.
Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh
rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam
antara yakni, antara alam bawah dan alam
atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk
atau relung dinding di atas pagar langkan atau selasar. Aslinya terdapat 432
arca Buddha di dalam relung-relung terbuka di sepanjang sisi luar di pagar
langkan.Pada pagar langkan terdapat sedikit perbedaan rancangan yang
melambangkan peralihan dari ranah Kamadhatu menuju ranah Rupadhatu; pagar
langkan paling rendah dimahkotai ratna, sedangkan empat tingkat pagar langkan
diatasnya dimahkotai stupika (stupa
kecil). Bagian teras-teras bujursangkar ini kaya akan hiasan dan ukiran relief.
Arupadhatu
Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu yang kaya akan
relief, mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan
ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak
berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia
sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum
mencapai nirwana. Pada pelataran lingkaran terdapat 72 dua stupa kecil
berterawang yang tersusun dalam tiga barisan yang mengelilingi satu stupa besar
sebagai stupa induk. Stupa kecil berbentuk lonceng ini disusun dalam 3 teras
lingkaran yang masing-masing berjumlah 32, 24, dan 16 (total 72 stupa). Dua
teras terbawah stupanya lebih besar dengan lubang berbentuk belah ketupat, satu
teras teratas stupanya sedikit lebih kecil dan lubangnya berbentuk kotak bujur
sangkar. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup
berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih
tampak samar-samar. Rancang bangun ini dengan cerdas menjelaskan konsep
peralihan menuju keadaan tanpa wujud, yakni arca Buddha itu ada tetapi tak
terlihat.
Dan VB akan mengajak VBeers untuk
membahas mengenai Kamandhatu, Kamadhatu dalam bahasa Sansekerta bermakna “ranah
Nafsu” atau “dunia Nafsu”, bila Vbeers jeli melihat pada relief Kamadhatu, maka
Vbeers akan menemukan panel relief Kamandhatu yang terdiri dari 160 relief,
yang berbicara mengenai sebab akibat atau “Sutra Karmawibhangga”. Para peneliti
belum mengetahui dengan pasti mengapa dahulu bangunan Kamadhatu ditimbun,
ataukah pada zaman itu sudah ada kemenkominfo? Yang melarang Pornografi?
Dugaan bahwa bangunan Kamadhatu ditimbun,
salah satunya adalah karena pada relief Kamandhatu menggambarkan mengenai
kebiadaban manusia, seperti membunuh, menyiksa, memperkosa, ditambah lagi
adanya gambar relief yang bercerita mengenai posisi saat berhubungan seks
antara pria dan wanita.
Jadi bila Vbeers berkunjung ke situs
Candi Borobudur, jangan lupa untuk memperhatikan relief di bangunan kamandhatu
yah.