Menjelajah Bangkok-Thailand saat malam hari juga
mengasyikkan. Berikut ini spot penjelajahan malam hari yang pernah kukunjungi.
1. Asiatique
Semboyannya:
Asiatique-The Riverfront. Terletak di pinggir sungai Chao Phraya, tempat ini
bekas pelabuhan sungai tua pada jaman lampau. Saat ini dimanfaatkan sebagai
tempat rekreasi, pusat kuliner, hiburan, dan tentu saja perbelanjaan.
Didalamnya
didesain semacam eropa, ada bianglala yang super gede, menara jam, pertokoan
mungil nan cantik, restoraneye-catching, dan ada juga patung tiruan Juliet. Paling afdol
kesini malam hari karena tatanan pencahayaan yang cantik dan juga bisa
menyaksikan gemerlap lampu gedung pencakar langit dari sisi sungai Chao Phraya
yang lain.
Rata-rata
harga makanan disana berkisar 300 Baht (sekitar 90 ribu). Jika uang terbatas,
sah-sah aja hanya berfoto-foto disana. Sedangkan untuk naik bianglala membayar
200 Baht (sekitar 60 ribu). Saya yang takut dengan ketinggian nekat mencoba
bianglala super besar ini. Awalnya was-was, tapi pas sampai titik yang tinggi,
pemandangan malam kota Bangkok sepertinya worth to see. Apalagi bianglala ini
aman bukan jenis yang terbuka, bianglala ini tertutup bahkan ada AC dan juga
speaker yang menyetel lagu-lagu.
Bagi kaum muslim, disana terdapat masjid.
Tinggal menyebrang jalan di depan Asiatique. Didepan masjid juga terdapat stand
makanan kaki lima yang Insya Allah halal (untuk memastikan silahkan tanya
penjualnya). Saat itu, saya yang kere tak makan didalam Asiatique malah makan
spageti di kaki lima.
2. Sanam Luang
Sanam
Luang adalah lapangan besar yang terletak tepat di depan gerbang masuk Grand
Palace. Lapangan ini biasa digunakan untuk upacara kerajaan. Jika tidak ada
acara seremonial, lapangan ini ramai oleh orang yang bersantai. Paling cocok
kesini saat sore menjelang malam. Cahaya keemasan matahari sore menyinari Sanam
Luang lewat celah pohon.
Kita bisa
bersantai di bangku taman sambil leyeh-leyeh menyaksikan anak-anak yang asyik
bermain layangan. Atau bisa juga menggelar tikar di lapangan hijau dan piknik.
Saat gelap, lampu Grand Palace dinyalakan. Terlihat gemerlap Wat (candi) keemasan
dari dalam temple di kegelapan. Jalan disekitar Sanam Luang juga dipasangi
lampu-lampu.
Aku dan Zjahrah pernah mengalami kejadian lucu
disini. Saat itu kami berencana ke Dusit Palace namun tak tahu harus ke arah
mana dan mencegat bis nomer berapa. Kami ogah naik taksi karena rata-rata semua
supir mencharge dengan harga 200 Baht sekali jalan.
Kami sudah menanyakan dua orang di Sanam Luang
namun tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Lalu kami melihat anak kecil
laki-laki unyu gendut kira-kira SD kelas 6 atau SMP. "Can you speak
English?" tanya Zjahrah. "Yes," jawab anak itu. "Where is
Dusit Palace?" tanya kami sambil menunjukkan gambar di HP. "anni
ljgughghvsajg%^%*$$##," jawab anak itu menggunakan Bahasa Thailand."Pu
thai mai chai," ungkap kami yang artinya aku ga isok bahasa Thailand. Tapi
anak itu tetep nyerocos Bahasa Thailand.Oh la la.
Akhirnya kami melakukan pilihan terakhir: naik
taksi! Untung saja Bapak taksinya baik hati saat tahu kita mahasiswi Thailand
dan kami cuma diminta membayar 60 Baht dari 150 Baht.
3. Khaosan Road
Ini
adalah pusat penginapan backpacker. Ramai 24 jam bahkan tengah malam. Kawasan
di Jalan Khaosan Road disupap menjadi pasar dan pedagang makanan yang selalu
buka dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Penginapan murah juga berada
di kawasan ini. Saat aku kesini tengah malam, kawasan ini ramai. Sangat
berkebalikan dengan kawasan disekitarnya yang sunyi senyap.
Pedagang baju berteriak menawarkan dagangannya
"Alaykha". Bar-bar ramai dan menyetel musik disko. Beberapa orang
asing yang sepertinya mabuk menari ditengah jalan. Banyak orang yang makan
dengan santai di pinggir jalan. Ada juga pedagang yang menjual camilan ekstrem
seperti: ulat, laba-laba, kalajengking, lipan, dan serangga lain yang dikemas
dalam bentuk goreng garing atau lolipop. Jadi permen lolipop bening tapi
didalamnya ada kalajengking. Pas aku mau ambil foto, kubaca tulisan "20
Baht to take photo". Ihh males banget, mending aku beli keripik
kalajengkingnya sekalian -_-".
4. Victory Monument
Tempat ini semacam bundaran simpang siur di
Bali, setidaknya terdapat lebih dari empat jalan raya di bundaran ini. Victory
Monument juga tempat interchange atau berganti kendaraan. Setiap bis pasti
melewati tempat ini. Disini juga terdapat jalur BTS Sky Train. Jadi jembatan
layangnya melingkar panjang banget. Keliling jalan layang saja sudah capek.
Bahkan jalan layangnya bisa tembus juga ke mall.
Hal yang harus dilakukan disini adalah shopping.
Hihi,, apalagi kalau kamu perempuan dan suka fashion. Disini berjajar mall-mall
sepanjang jalan. Tapi jangan masuk mall. Berkelilinglah ke penjual kaki lima
yang menjual baju-baju unik. Setelah aku bandingkan harganya, harga di Victory
Monument lebih murah daripada yang lain jika kalian membeli satuan (Jika
membeli grosir, silahkan ke mall Platinum).
Saking kebacutnya aku hunting baju,
sampai-sampai aku hapal letak dagangan disana. Uniknya banyak toko yang baru
buka sekitar jam 6 malam. Terkadang yang jualan di tempat gelap, sampai-sampai
bajunya ga jelas warna apa. Kalau sudah begitu, kita sampai-sampai membawa
bajunya ke tempat yang lebih terang.
5. Chinatown
Ini adalah tempat yang selalu ramai 24 jam.
Sayangnya aku kesini pada saat siang hari terik-teriknya. Padahal tempat ini
lebih hidup saat malam hari. Huruf cacing Thailand dan cacing China bercampur
aduk disini. Baliho-baliho neon menyala-nyala di sepanjang jalan. Hal yang
dilakukan disini adalah shopping (Behh shopping lagi).
Begitulah adanya masyarakat Thailand memang
lebih konsumtif dari kita. Barang murah yang bisa dibeli disini adalah barang
khas Chinese dan berbagai macam perhiasan yang unyu-unyu. Murah banget
aksesoris disana apalagi kalau beli banyak. Gelang yang disini dijual 30rb an,
disana paling hanya 10rb an. Kalau tak suka shopping, kita bisa menikmati
blusukan di pasar-pasar di Chinatown dan juga ke temple pagoda. Ada juga
bangunan unik gerbang merah yang besar.
6. Shukumvit Street
Nah ini juga pusat keramaian, banyak hotel yang
terletak didaerah ini. Bermacam hiburan ditawarkan disini mulai dari kuliner,
belanja,nongkrong dan wisata malam.
Kuliner,
disana tersedia bermacam-macam mulai masakan Thailand, Timur Tengah, Asia
Selatan, Jepang, Korea dan lain-lain. Asal pandai memilih tempat karena jalan
Shukumvit ini sangat panjang dan terdapat banyak soi, bahasa Thailand dari
gang.
Setiap
soi merupakan komunitas tersendiri. Misalnya soi 24 untuk komunitas Korea.
Disana terdapat banyak restoran, hotel, tempat karaoke berbau Korea. Ada juga
soi (kurang tahu) yang berbau Timur Tengah, disana menawarkan kuliner halal dan
juga shisa.
Belanja, silahkan mengintari kaki lima di
Shukumvit street sampai gempor. Aku pernah jalan mulai dari soi 1 sampai soi 30
an. Mau balik lagi ke soi 1 gak kuat dan akhirnya naik BTS dan melewati 2
stasiun. Disepanjang jalan Shukumvit banyak toko kecil sampai mall. Mall yang
wajib dimasuki adalah Terminal 21. Cobalah toiletnya dan rasakan perbedaanya =D
karena ada yang berbeda di setiap lantainya.
Shukumvit street ini juga terkenal akan hiburan
malamnya. Nana atau red district terdapat di salah satu soi, disini semacam
d*lly di Suarabaya tapi lebih kecil. Soi Koboy juga terletak di jalan ini,
yaitu gang khusus komunitas gay. Yakk semuanya ada disini, semakin malam
semakin (entahlah). Tapi jangan coba-coba jalan sendirian disekitar red
district ini saat malam hari. Kalau laki-laki bisa disangka gay atau diajak
'ayam', harus kuat iman. Sedangkan kalau perempuan bisa-bisa ditawar orang.
7. Dusit Palace
Ini
adalah tempat berdiamnya keluarga kerajaan. Istana ini memiliki arsitektur
seperti gedung putih Amerika. Semuanya serba putih. Istana ini didedikasikan
untuk King Rama V. Didepannya ada patung King Rama V yang naik kuda. Masyarakat
Thailand sangat menghormati Raja ke V karena dianggap memberikan perubahan
besar bagi bangsa Thailand. Bahkan jangan heran kalau terdapat beberapa orang
sembahyang di depan patung ini.
Istana
ini indah saat siang hari dan didominasi warna putih. Spektakuler saat malam
hari karena warna putih disinari oleh lampu yang berwarna kuning. Aku dan
Zjahrah kesana bertepatan dengan Bazaar Palang Merah. Wuihh semacam pasar
bandeng di Gresik tapi besarnya 30 kali lipat dari pasar Bandeng. Beberapa ruas
jalan besar di dekat Dusit Palace ditutup. Semua orang Bangkok tumplek blek
disana. Bahkan mau jalan pun desak-desakan.
Apalagi
setiap stand mempublikasikan dagangan dengan pengeras suara. Tau sendiri kan
kalau suara orang Thailand itu memiliki nada tinggi.